Senin, 26 Mei 2014

Isyarat karya Sutardji Calzoum Bachri



Isyarat
Sutardji Calzoum Bachr
Indonesia Tera, 2007
xx+506 halaman
80.000
-----
Pemberontakan Sutardji radikal dan revolusioner menyentuh hakikat bahasa. Sutardji tidak Cuma menerjemah-menefsir, menyerap dan corong kultur dunia, tapi merumuskannya kembali jadi Indonesia dengan Melayu sebagai ruhnya. Sutardji Calzoum Bachri bukan sekedar mata kiri dan Chairil Anwar mata kanan sastra Indonesia, tapi memberi ruang pada kultur etnik sebagai representasi keindonesiaan... (Maman S. Mahayana)


Suatu karya yang sangat di luar konvensi cenderung bisa membunuh kritikus yang mapan konvensional, namun akan cenderung pula menciptakan kritikus baru. Maka komentar, kredo, sikap, dan visi pengarang perlu ditampilkan, untuk membantu kritikus konvensional bisa terus hidup dengan memperluas wawasannya ataupun untuk merangsang lahirnya para kritikus baru... (Sutardji Calzoum Bachri)


...dengan kredonya yang terkenal itu, Sutardji memberikan suatu aksentuasi baru kepada daya cipta atau kreativitas... (Ignas Kleden)


Anda tertarik dan ingin membeli buku penting ini?
Anda bisa langsung menghubungi  saya lewat nomor kontak 0819-3947-3571 / 0822-4376-8725


Jumat, 16 Mei 2014

Ibunda Maxim Gorki



Judul: Ibunda
Penulis: Maxim Gorki
Penerjemah: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Kalyanamitra, 2002
Tebal: xxi+516 halaman
Harga: Rp. 80.000


IBUNDA, merupakan sosok perempuan yang hidup di masa Revolusi Demokratik berlangsung di Rusia, sekitar awal abad 20. Ia hidup di tengah peluit pabrik yang menjerit-jerit di atas perkampungan buruh yang kumuh. Menikah dengan Michail Wlassow, laki-laki peminum berat, yang berlaku amat kejam terhadapnya. Keadaan berubah ketika suaminya meninggal dan Pawel, anaknya, menjadi aktivis buruh dan terlibat dalam gerakan politik pada waktu itu. Rumah Ibunda dijadikan anaknya pusat membangun kesadaran dan tindakan revolusioner kawan-kawannya...


“Saya belajar dari Maxim Gorki yang betul-betul saya kagumi. Gorki kalau menulis bagai memegang tiang rumah, kemudian mengguncangkannya sehingga semuanya berubah dan bergerak”. (Pramoedya Ananta Toer, Mutiara 1995)


Anda penasaran dan ingin membeli buku ini? Anda bisa langsung menghubungi  saya lewat nomor kontak 089609789732

JALAN MENUJU RUMAHMU



Judul: Jalan Menuju Rumahmu
Penulis: Acep Zamzam Noor
Penerbit: Grasindo, 2004
Tebal: xi+153 halaman
Harga: Rp. 35.000






“...dalam sebagian besar sajaknya, Acep mengungkapkan kegelisahan manusia pengembara yang mendapatkan kenikmatan dalam petualangan pengembaraannya, namun yang juga sekaligus menyadari bahwa ia berkeinginan untuk –suatu waktu nanti—matang dan diam bagai batu”. (Sapardi Djoko Damono, “Catatan Penutup” Di Luar Kata, 1996)


“Sejak awal, saya menulis puisi karena kebutuhan untuk berekspresi, kebutuhan untuk menyatakan diri. Sejak awal, saya sudah sadar bahwa kepenyairan bukanlah profesi, maka saka tak pernah berharap bisa dihidupi oleh puisi... Saya dan puisi cukup mesra, dekat dan sangat bersahabat. Ya, seperti suami-istri selama ini kami saling menolong, dalam suka dan duka. Puisi ternyata tidak hanya minta untuk selalu dituliskan, tetapi juga untuk dilakukan. Untuk menjadi perbuatan sehari-hari.” (Acep Zamzam Noor, dalam Kata Pengantar)


Berikut satu diantara sajak dalam buku ini:

DI SINI

Sesaat, sepi yang luruh mengurapi
Rambutmu. Malam tanpa bingkai
Telanjang berbeban sunyi dan rindu
Padamu kutambatkan kereta waktu

Hanya angin yang lintas, seiring
Senyum yang bermain di ujung firmanmu
Di sini, telah kukirimkan iman
Memahamimu selembar demi selembar

1982


Nah, bila
Anda tertarik dan ingin membeli buku ini? Anda bisa langsung menghubungi  saya lewat nomor kontak 089609789732

ASMARADANA



Judul: Asmaradana
Penulis: Goenawan Mohamad
Penerbit: Gramedia, 1992
Tebal: vii+143 halaman
Harga: Rp. 38.000







Dalam buku Sastra Indonesia Modern II (1989), A. Teeuw menulis mengenai Goenawan: “Sajaknya, pada satu pihak, memiliki watak renungan yang sangat menarik, kaya dengan pemikiran dan khas hasil karya seorang cendekiawan; dan pada pihak lain juga tidak kurang jelasnya pula watak simboloiknya.”


Dalam Asmaradana ini, kita dapat mengikuti perkembangan dan perjalanan kepenyairan Goenawan Mohamad selama kurun waktu 30 tahun, 1961-1991. Sebuah kumpulan sajak yang patut dimiliki pecinta dan pengamat sastra Indonesia!


Berikut ini saya sertakan satu sajak yang luar biasa dalam buku ini:

KABUT

Siapakah yang tegak di kabut ini.
Atau Tuhan, atau kelam:
Bisik-bisik lembut yang sesekali
Mengusap wajahnya tertahan-tahan

Kepada siapakah kabut ini
Telah turun perlahan-lahan:
Kepada pak tua, atau kami
Kepada kerja atau sawah sepi ditinggalkan.

1963


Menarik, bukan? Pemesanan buku ini bisa langsung ke nomor kontak 089609789732